KEMAMPUAN BERBAHASA INGGRIS

Selasa, Juni 14, 2011


KEMAMPUAN BERBAHASA INGGRIS

Kemampuan berbahasa Inggris merupakan salah satu kemampuan yang sangat menentukan dalam memperoleh lapangan kerja akhir-akhir ini. Fenomena inilah yang mendasari munculnya berbagai macam kursus Bahasa Inggris di seluruh wilayah Indonesia. Terlepas dari bagaimana sesungguhnya mutu dari kursus-kursus Bahasa Inggris yang ada di Indonesia ini, tersirat suatu keadaan yang memprihatinkan yaitu kurang baiknya mutu hasil pengajaran Bahasa Inggris di sekolah-sekolah.

Mengapa penulis mengambil kesimpulan demikian? Tentunya bukan tanpa dasar. Secara logika, kita dapat mengajukan argumentasi bahwa tidak mungkin kursus-kursus Bahasa Inggris sedemikian menjamurnya di Indonesia jika hasil pengajaran Bahasa Inggris di sekolah ternyata memuaskan. Jika demikian halnya, maka kursus Bahasa Inggris yang ada hanyalah yang ditujukan untuk kepentingan-kepentingan khusus seperti untuk memperoleh sertifikat TOEFL, IELTS, dan lain-lain serta bukan yang ditujukan untuk meningkatkan kemampuan berbahasa Inggris dalam kehidupan sehari-hari. Tapi kenyataannya, mayoritas kursus Bahasa Inggris yang ada adalah yang ditujukan untuk meningkatkan kemampuan berbahasa Inggris dalam kehidupan sehari-hari, bukan untuk tujuan-tujuan lain.

Keadaan ini tentunya menimbulkan masalah. Bagi para siswa yang datang dari keluarga menengah ke atas, masalah kesulitan berbahasa Inggris ini dapat diatasi dengan mudah. Mereka tinggal menunjuk kursus Bahasa Inggris mana saja yang mereka suka dan mulai belajar. Tetapi, bagaimana halnya dengan para siswa yang berasal dari kalangan bawah? Hal ini tentunya merupakan kesulitan tersendiri karena, kadang-kadang, jangankan untuk membayar uang kursus, untuk makanpun mereka masih harus mencari uang selepas sekolah. Lalu apa dampaknya? Tentu sangat jelas. Karena perusahaan-perusahaan papan atas yang ada di negara ini selalu mencantumkan persyaratan kemampuan berbahasa Inggris sebagai salah satu syarat untuk menjadi karyawan di perusahaan tersebut, maka hilanglah kesempatan para siswa yang berasal dari kalangan bawah ini untuk dapat masuk ke wilayah kerja yang dapat memberikan penghasilan yang lebih besar. Mereka akhirnya hanya dapat bekerja di perusahaan-perusahaan kecil yang tidak mensyaratkan kemampuan berbahasa Inggris dengan gaji yang sangat jauh tingkatannya dengan perusahaan asing. Dengan demikian, taraf kehidupan mereka tentunya tidak akan jauh berbeda dengan taraf kehidupan orang tua mereka sebelumnya.

Dengan memandang alasan-alasan tersebut di atas, apakah kita sebagai guru Bahasa Inggris tidak tergerak untuk berupaya meningkatkan kemampuan siswa berbahasa Inggris melalui pelajaran Bahasa Inggris di sekolah? Sebagai kalangan yang sering disebut-sebut sebagai Pahlawan tanpa Tanda Jasa, sangatlah tidak layak jika kita ingin dianggap sebagai pahlawan tetapi tidak berupaya untuk memajukan siswa-siswa kita. Di tengah-tengah munculnya fenomena segelintir guru-guru yang mengejar materi untuk kepentingan pribadi dengan memanfaatkan muridnya, marilah kita usik kembali jiwa pengabdian kita untuk berupaya meningkatkan hasil pengajaran Bahasa Inggris di sekolah agar siswa-siswa kita yang berasal dari kalangan bawah tidak semakin terpuruk dan tidak akan kalah dari siswa-siswa lain yang berasal dari kalangan berada.

Masalah-Masalah yang Timbul dalam Pengajaran Bahasa Inggris di Sekolah Jika kita renungkan lebih dalam, adalah hal yang sangat luar biasa bahwa siswa yang telah belajar Bahasa Inggris selama minimal 6 tahun (sejak SMP) setelah lulus SMA masih tidak dapat berbicara dalam Bahasa Inggris, bahkan untuk memperkenalkan diri sendiri sekalipun. Disebut luar biasa karena jika siswa tersebut mengikuti kursus general english di suatu lembaga kursus dalam waktu yang sama, maka dapat dipastikan siswa sudah sangat mampu berbincang-bincang dalam Bahasa Inggris, bahkan mungkin sudah dapat memahami Bahasa Inggris untuk tingkatan drama, puisi, dan lain-lain. Jadi, mengapa hal ini bisa terjadi?

Berdasarkan hasil pengisian kuestioner yang penulis pernah buat pada tahun 1996 untuk tugas kuliah, terdapat beberapa masalah yang, menurut para siswa, menghambat mereka untuk menguasai Bahasa Inggris. Masalah-masalah tersebut adalah:

1. Jarangnya guru berbicara dengan Bahasa Inggris di dalam kelas. Hal ini dirasakan menghambat oleh para siswa karena menurut mereka, mereka jadi tidak terbiasa mendengar orang lain berbahasa Inggris.

2. Pelajaran terlalu ditekankan pada tata bahasa (dan bukan pada percakapan), tetapi siswa jarang diberi arahan mengenai bagaimana dan apa fungsi dari unsur-unsur tata bahasa yang mereka pelajari tersebut.

Berdasarkan hasil kuestioner dan hasil tes pada para siswa, terlihat bahwa rata-rata siswa menguasai pola-pola tata bahasa Inggris (misalnya struktur untuk simple present tense, dan lain-lain) tetapi, SISWA TIDAK MENGETAHUI KAPAN STRUKTUR TERSEBUT HARUS DIGUNAKAN DAN BAGAIMANA PENGAPLIKASIANNYA DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI. Ini merupakan hal yang sangat luar biasa karena Bahasa Inggris, sama halnya seperti Bahasa Indonesia, akan lebih bermanfaat jika dapat digunakan dan diaplikasikan meskipun secara tata bahasa siswa tidak terlalu menguasainya. Bukan berarti bahwa pembelajaran tata bahasa ini tidak penting, tetapi perlu sekali teori-teori tersebut dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari.

3. Kosa kata yang diajarkan tidak terlalu berguna dalam percakapan sehari-hari. Banyak siswa yang mengeluhkan bahwa kata-kata yang diberikan oleh guru Bahasa Inggris di sekolah terlalu bersifat teknis, misalnya mengenai industrialisasi, reboisasi, dan lain-lain, sementara siswa tetap saja mengalami kesulitan untuk mengartikan kata-kata yang banyak digunakan pada film, majalah, dan situs-situs internet berbahasa Inggris. Bahkan kadang-kadang, siswa sangat hapal istilah-istilah Bahasa Inggris untuk bidang politik (seperti misalnya reformation, globalization, dan lain-lain) tetapi tidak dapat menyebutkan benda-benda yang biasa mereka pakai sehari-hari dalam Bahasa Inggris (misalnya celengan, selokan, dan lain-lain). Beberapa kalangan siswa bahkan mengatakan bahwa dengan kosa kata seperti yang dipelajari di sekolah tidak mungkin siswa dapat memulai percakapan dengan orang asing dengan menggunakan Bahasa Inggris. Mungkin ada benarnya juga, tidak mungkin tentunya kita tiba-tiba mengajak orang yang baru kita kenal untuk mendiskusikan industrialisasi, misalnya.

4. Materi pelajaran Bahasa Inggris di SMP dan SMU tidak berkesinambungan Para siswa menyatakan bahwa sering terjadi pengulangan materi (seperti misalnya tenses) yang telah diajarkan di SMP di tingkatan SMU, tetapi tetap saja fungsi dan pengaplikasiannya dalam kehidupan sehari-hari kurang jelas.

Jadi, sebagai seorang guru Bahasa Inggris, apa yang dapat kita lakukan untuk mengatasi masalah-masalah tersebut? Banyak tentunya, karena diakui atau tidak, gurulah yang memegang kendali dalam pengajaran. Yang jelas, kita tidak boleh hanya menyalahkan pihak pemerintah (yang membuat kurikulum) saja tetapi akan lebih baik jika kita mengintrospeksi diri sendiri dan lebih menggali lagi potensi kita untuk mencari pendekatan yang lebih berhasil dalam mengajarkan Bahasa Inggris pada siswa di sekolah.

Kesimpulan dan Saran

Dari keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa masih banyak kendala yang harus dihadapi dalam upaya meningkatkan mutu hasil pengajaran Bahasa Inggris di sekolah. Untuk itu, penulis memiliki beberapa saran yang mungkin dapat bermanfaat bagi para sesama pengajar Bahasa Inggris di Indonesia.

1. Selalu pertahankan kemampuan kita bercakap-cakap dalam Bahasa Inggris agar kelancaran berbahasa tetap terjaga. Hal ini perlu karena dapat memotivasi murid-murid kita untuk dapat berbicara dengan lancar. Mungkin sulit sekali jika kita tidak pernah bertemu dengan orang yang juga dapat berbahasa Inggris. Oleh karena itu, penulis memiliki usul agar para guru Bahasa Inggris ini memiliki semacam klub (conversation club) untuk ajang bertemu dan bertukar pikiran antar sesama guru Bahasa Inggris di wilayah yang sama. Dengan demikian, keahlian kita dalam menggunakan Bahasa Inggris akan selalu tetap terjaga.

2. Selalu menekankan fungsi dan aplikasi dari semua unsur tata bahasa yang kita terangkan kepada siswa. Pastikan bahwa siswa benar-benar mengerti kapan mereka harus menggunakan struktur tersebut.

3. Berikan tambahan kosa kata yang akan bermanfaat untuk percakapan sehari-hari pada siswa dan perkenalkan siswa dengan majalah-majalah remaja berbahasa Inggris agar mereka menjadi gemar membaca dan memperoleh banyak tambahan kosakata dari majalah tersebut. Dengan demikian, siswa akan percaya diri jika harus bergaul dengan remaja asing yang berbahasa Inggris.

4. Meskipun kita tidak memiliki kekuasaan untuk mengubah kurikulum, setidaknya pastikan bahwa pengulangan materi yang kita berikan merupakan pendalaman mengenai apa yang sudah dipelajari siswa dan bukan hanya mengulang tetapi tidak membuat siswa semakin bisa menerapkannya.

Demikian beberapa saran yang mungkin dapat bermanfaat untuk kita semua. Penulis akan merasa sangat senang jika artikel ini dapat menjadi pembuka forum tukar pendapat untuk para guru Bahasa Inggris. Semoga apa yang telah dipaparkan di atas memberikan manfaat bagi kita semua.

TEACHING LISTENING


TEACHING LISTENING

Teaching listening skills is one of the most difficult tasks for any ESL teacher. This is because successful listening skills are acquired over time and with lots of practice. It's frustrating for students because there are no rules as in grammar teaching. Speaking and writing also have very specific exercises that can lead to improved skills. This is not to say that there are not ways of improving listening skills, however they are difficult to quantify.
One of the largest inhibitors for students is often mental block. While listening, a student suddenly decides that he or she doesn't understand what is being said. At this point, many students just tune out or get caught up in an internal dialogue trying translate a specific word. Some students convince themselves that they are not able to understand spoken English well and create problems for themselves.
They key to helping students improve their listening skills is to convince them that not understanding is OK. This is more of an attitude adjustment than anything else, and it is easier for some students to accept than others. Another important point that I try to teach my students (with differing amounts of success) is that they need to listen to English as often as possible, but for short periods of time.
I like to use this analogy: Imagine you want to get in shape. You decide to begin jogging. The very first day you go out and jog seven miles. If you are lucky, you might even be able to jog the seven miles. However, chances are good that you will not soon go out jogging again. Fitness trainers have taught us that we must begin with little steps. Begin jogging short distances and walk some as well, over time you can build up the distance. Using this approach, you'll be much more likely to continue jogging and get fit.
Students need to apply the same approach to listening skills. Encourage them to get a film, or listen to an English radio station, but not to watch an entire film or listen for two hours. Students should often listen, but they should listen for short periods - five to ten minutes. This should happen four or five times a week. Even if they don't understand anything, five to ten minutes is a minor investement. However, for this strategy to work, students must not expect improved understanding too quickly. The brain is capable of amazing things if given time, students must have the patience to wait for results. If a student continues this exercise over two to three months their listening comprehension skills will greatly improve

PEMBELAJARAN BAHASA INGGRIS


PEMBELAJARAN BAHASA INGGRIS

PEMBELAJARAN Bahasa Inggris secara formal di SLTP mencakup empat kemampuan berbahasa yaitu berbicara (speaking), mendengar (listening), membaca (reading), dan menulis (writing) di samping aspek-aspek lain seperti kosa kata, tata bahasa dan ejaan. Aspek-aspek kebahasaan ini harus diperhatikan seorang guru bahasa Inggris dalam menerapkan ilmu pengetahuan yang sesuai dengan kebutuhan anak didik. Hal ini membutuhkan seorang guru yang kreatif dalam menumbuhkembangkan minat siswa terhadap mata pelajaran Bahasa Inggris karena mata pelajaran ini kerap dirasakan sebagian peserta didik sebagai sebuah pelajaran yang tidak menarik.

Peranan seorang guru dalam mengatasi persoalan ini tergantung kreativitasnya menyajikan materi berupa penggunaan pola-pola atau metode pengajaran yang dapat menarik minat peserta didik dalam mempelajari Bahasa Inggris. Penerapan metode pengajaran harus disesuaikan dengan keadaan sekolah. Juga memperhatikan latar belakang kemampuan siswa. Baik dari segi akademis, psikologis, ekonomi maupun lingkungan anak didik sendiri. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dan dipertimbangkan seorang guru dalam pembelajaran Bahasa Inggris. Namun, sebelumnya, perlu diingat bahwa pendidikan tidak berproses dalam ruang hampa tetapi mengalami pergeseran yang terus meningkat dengan dunia sekitarnya.

Bakso Krokot


ABSTRAK
BAKSO KROKOT (LEAVIS BALL PORTULA) SEBAGAI MEDICAL HERBAL BAGI PENDERITA ASAM URAT
 Oleh:
Wulandari, Rifatin Cholida, dan Yesi Istirokah
KIR MAN 1 METRO
Pembimbing: Muhzin Nawawi, S.Pd., M.Pd.I
Penyakit asam urat (Gout Arthritis) disebabkan kandungan asam urat di dalam darah tinggi. Asam urat adalah hasil metabolisme tubuh oleh salah satu unsur protein, zat purin, dan ginjal adalah organ yang mengatur kestabilan kadarnya dalam tubuh dan akan membawa sisa asam urat ke pembuangan air seni.
Belum begitu banyak orang yang melirik manfaat tanaman satu ini padahal khasiatnya banyak. Ada kalanya, justru tanaman yang biasa-biasa saja dan asing yang dipilih untuk menjadi penghuni pekarangan. Salah satu alasannya adalah karena tanaman itu mempunyai potensi dan manfaat. Tanaman krokot misalnya. Gulma yang sering ada di pinggir-pingir jalan dan tegalan sawah ini biasanya hanya kita pandang sebelah mata. Adapun rumusan permasalahan dalam karya tulis ilmiah ini adalah sebagai berikut: 1). Bagaimana proses pembuatan bakso krokot (Portulaca Laevis Wall) “Laevis Ball” sebagai medical herbal bagi penderita asam urat? 2).Bagaimanakah bakso krokot (Portulaca Laevis Wall) “Laevis Ball” dapat dijadikan obat herbal bagi penderita asam urat? 3). Bagaimana tingkat kesukaan masyarakat terhadap bakso krokot (Portulaca Laevis Wall) “Laevis Ball” sebagai medical herbal bagi penderita asam urat?. Sedangkan tujuan dalam penelitian ini sebagai berikut: 1). Mengetahui proses pembuatan bakso krokot (Portulaca Laevis Wall) “Laevis Ball” sebagai medical herbal bagi penderita asam urat. 2). Mengetahui bakso krokot (Portulaca Laevis Wall) “Laevis Ball” dapat dijadikan obat herbal bagi penderita asam urat. 3). Mengetahui tingkat kesukaan masyarakat terhadap bakso krokot (Portulaca Laevis Wall) “Laevis Ball” sebagai medical herbal bagi penderita asam urat.
Riset dr. Mittchell Kurk dari Pusat Revitalisasi Biomedis, New York, Amerika Serikat, menunjukkan krokot berkhasiat meningkatkan kesehatan fisik bagi 70% penderita radang sendi akibat asam urat. Ini akibat glukosamin dan kondroitin sulfat,  merangsang tubuh mensekresikan cairan sinovial untuk lubrikasi persendian. Menurut dr. Rahman Suryadi, alumnus Universitas Katolik Atmajaya menyatan bahwa asam linolenat yang terkandung dalam krokot dapat menurunkan kholesterol darah dan kolagen yang terkandung dalam krokot juga dapat  mengaktifkan enzim urikase sehingga lebih aktif memecah asam urat menjadi allantoin. Dengan demikian asam urat tidak menumpuk dan menimbulkan radang sendi.
Key Words: Asam Urat, Krokot, Portulaca Laevis Wall, Medical Herbal

The Effectiveness of Scanning And Skimming Technique


ABSTRACT

The Effectiveness of Scanning And Skimming Technique In Students’ Reading Ability of The Eighth Grade of MTs Al-Hidayah, Raman Utara Academic Year 2009/2010..

Key Words: Reading Ability, Scanning, Skimming
The objective of this research is to know whether scanning more effective in teaching reading than skimming technique. The researcher was conducted at MTs Al-Hidayah, Raman Utara, the subjects were the eighth grade students in 2009/2010 academic year. The total numbers of the subject are 60 students. There are three classes and the researcher took two classes as sample of this research. One is experimental class consisting of 20 students, and the other is control class consisting of 20 students.

There are three hypothesis in this research, those are (1)There is a significant differences of reading ability between the students who are taught  through by scanning technique and those who are taught through  skimming technique to the eighth-grade students of MTs Al-Hidayah, Raman Utara. (2) Scanning technique will give better effect on reading comprehension than skimming technique. (3) Scanning technique will increase the students’ on the reading ability higher than skimming technique will do, because the scanning technique gives a freedom for the students to read their more specific and easily.
In order to get the data of the research, the researcher used tests, to investigate the students reading ability before and after they are given the treatment. After giving the data, the researcher analyze the result of item test, the researcher uses T-test formula.
From the result of the research shows that scanning technique is suitable technique to teach English lesson especially reading at the eighth grade of MTs Al-Hidayah, Raman Utara. It is showed from their result of post test. On the post test, the students get the highest score is 100 and 78.15 for the average. It shows that the students’ score is more increase after they get the treatments. And the students’ score of experimental class who used scanning technique is better than the control class who used skimming technique.