Ujian Nasinal (Harapan dan Realita)

Sabtu, April 16, 2011

System pendidikan yang telah dibuat pemerintah sekarang pasti tujuannya adalah untuk memperbaiki kualitas dan mutu pelajar Indonesia. Tujuan ini adalah tujuan yang sangat mulia, tapi menurut saya apa yang dilihat dan dinilai dari suatu system itu adalah hasilnya. Lalu bagaimana kualitas dan mutu pendidikan sekarang dibanding tahun-tahun sebelumnya ? Apakah semakin membaik ?
Ujian Nasional sesungguhnya bisa dibaratkan seperti jamu, rasanya pahit bila diminum namun berguna untuk diri kita apalagi dalam kondisi badan yang loyo, stamina dapat fit kembali setelah minum jamu.
Ujian Nasional merupakan salah satu cara yang digunakan untuk melakukan evaluasi terhadap hasil belajar siswa. Memang, diperlukan sebuah standar baku untuk menetapkan berhasil atau tidaknya proses pembelajaran, salah satunya dengan menetapkan standar nilai mata pelajaran yang di Ujian Nasional kan (UN). Karena, dengan adanya standar tersebut, maka dapat diambil kesimpulan dan perbandingan prestasi antara sekolah yang satu dengan yang lainnya.
Pelaksanaan Ujian Nasio­nal (UN) menjadi momok mena­kut­kan bagi sebagian sekolah dan siswa. Bukannya belajar sung­guh-sungguh, ujian itu malah di­artikan sebagai bala. Ritual pun kerap dilakukan dengan ha­rapan bisa lulus semua.
Timbulah paradigma dalam Masyarakat, dengan kronologis:
1. Murid takut tidak lulus Ujian Nasional, malu sama teman.
2. Orang tua takut anak tidak lulus Unjian Nasional, malu sama tetangga.
3. Guru takut muridnya tidak lulus Ujian Nasional, malu gagal dalam mengajar.
4. Kepala Sekolah takut murid tidak lulus Ujian Nasional, malu dianggap gagal dalam memimpin.
5. Kepala Dinas takut banyak banyak siswa yang tidak lulus Ujian Nasional, malu dianggap gagal dalam membina Kepala Sekolah.
Kelima hal diatas menghasilkan konsesi semua siswa yang ikut Ujian Nasional harus lulus. Hal ini menghasilkan Paradigma yang salah. Kenapa?
1. Kalau belum bisa kenapa harus lulus.
2. Kenapa harus meluluskan orang yang belum bisa.
3. Kenapa harus malu mengakui kekurangan.
4. Banyak orang malu mengakui bahwa ia tidak mampu.
5. Banyak orang membohongi diri sendiri, dengan mengangap diri manusia super.
JANGAN HIDUP DALAM KEBOHONGAN, HIDUPLAH DALAM KEJUJURAN, AGAR KENIKMATAN HIDUP BISA DIRASAKAN.

0 komentar: