UPAYA PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR MELALUI METODE TANYA JAWAB DI SEKOLAH DASAR

Selasa, Juni 08, 2010

UPAYA PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR MELALUI METODE TANYA JAWAB DI SEKOLAH DASAR

BAB I
PENDAHULUAN
Belajar pada hakikatnya adalah kegiatan yang dilakukan secara sadar oleh seseorang yang menghasilkan perubahan tingkah laku pada dirinya sendiri, baik dalam bentuk pengetahuan dan keterampilan baru, maupun dalam bentuk sikap dan nilai yang positif. Selama berlangsungnya kegiatan belajar, terjadilah proses interaksi.
Proses belajar mengajar melalui interaksi guru-siswa, siswa-siswa, dan siswa-guru secara tidak langsung menyangkut berbagai komponen lain yang saling terkait menjadi suatu sistem yang utuh. Pemerolehan hasil belajar sangat ditentukan oleh baik tidaknya kegiatan dan proses belajar mengajar yang berlangsung.
Salah satu tugas guru adalah mengajar. Setiap guru dituntut untuk memiliki kompetensi mengajar. Guru akan memiliki kompetensi mengajar, jika guru memiliki pemahaman dan penerapan secara taktis berbagai metode belajar mengajar serta hubungannya dengan belajar di samping kemampuan-kemampuan lain yang menunjang. Ada berbagai metode belajar mengajar yang diharapkan dapat digunakan dalam proses belajar mengajar, salah satunya adalah metode tanya jawab. Dalam hubungannya dengan kegiatan belajar, yang penting bagaimana menciptakan kondisi atau suatu proses yang mengarahkan siswa untuk melakukan aktivitas belajar. Dalam hal ini peranan guru sangat penting. Bagaimana guru melakukan usaha-usaha untuk dapat menumbuhkan dan memberikan motivasi agar siswanya melakukan aktivitas belajar dengan baik.
Untuk dapat belajar dengan baik diperlukan proses dan motivasi yang baik pula. “Motivasi merupakan hal-hal yang mendorong aktivitas-aktivitas yang menjadi alasan dilakukannya suatu perbuatan” (Ahmadi dan Syuhadi, 1986:67).
“Metode tanya jawab adalah interaksi antara guru-siswa melalui kegiatan bertanya yang dilakukan oleh guru untuk mendapatkan repons lisan dari siswa sehingga dapat menumbuhkan pengetahuan baru pada diri siswa”. (Moedjiono dan Dimyati (1992/1993:41)
Pengertian atau batasan metode tanya jawab menggambarkan bahwa dalam metode tanya jawab guru dan siswa sama-sama aktif. Namun demikian, keaktifan siswa tergantung sepenuhnya pada keaktifan guru. Metode tanya jawab sangat baik digunakan dalam motivasi kepada siswa untuk terlibat langsung dalam suatu pembahasan materi pelajaran yang memberi peluang cara belajar siswa aktif, menimbulkan rasa ingin tahu siswa terhadap permasalahan yang sedang dibicarakan sehingga menimbulkan partisipasi dalam proses belajar mengajar, melatih dan mendorong siswa untuk belajar mengekspresikan kemampuan untuk menyatakan pendapat yang tepat. Namun keberhasilan metode tanya jawab tergantung kepada penguasaan guru terhadap teknik-teknik bertanya dan jenis-jenis pertanyaan. Masalahnya apakah guru sudah mampu menerapkan teknik-teknik dan jenis-jenis pertanyaan dengan baik dalam proses belajar mengajar?
Kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa guru merasakan adanya kesulitan atau masalah, namun tidak tahu bagaimana seharusnya mencari pemecahannya. Sebaliknya, adapula guru yang tidak merasakan atau tidak menyadari bahwa sebenarnya ada masalah dalam kelas (proses belajar mengajar). Keluhan tentang kekurangberhasilan ini memerlukan penangangan agar masalah itu dapat ditanggulangi. Setidak-tidaknya guru mencari upaya untuk menanggulangi kelemahan-kelemahan ini. Berbagai pihak harus berupaya untuk mau memperbaiki keadaan yang kurang atau belum memuaskan ini. Guru merupakan pihak yang memegang peranan penting.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep Motivasi
1. Pengertian Motivasi
Menurut Ahmadi dan Syuhadi (1986:67) “motivasi adalah hal-hal yang mendorong aktivitas-aktivitas yang merupakan alasan dilakukannya suatu perbuatan”. Sedangkan menurut Donald (Hamalik, 2001:158) “motivasi adalah perubahan energi dalam diri (pribadi) seseorang yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan”.
Frandsen (Ahmadi dan Shuyadi, 1986:67) menyebutkan hal yang mendorong (motivasi) seseorang untuk belajar sebagai berikut:
a. Adanya sifat ingin tahu dan ingin menyelidiki dunia yang lebih luas.
b. Adanya sifat kreatif yang ada pada manusia dan keinginan untuk selalu belajar.
c. Adanya keinginan untuk mendapatkan simpati dari orang tua, guru dan teman-teman.
d. Adanya keinginan untuk mendapatkan rasa aman bila menguasai pelajaran.

Woolfolk (Semiawan, 1998/1999) mengartikan motivasi sebagai suatu keadaan internal yang dapat menaikkan, mengarahkan dan memelihara perilaku. Hal ini didukung pula oleh pendapat Sardiman (2001) yang menyatakan untuk dapat belajar dengan baik diperlukan proses dan memotivasi yang baik pula.
Dari pendapat-pendapat di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa dalam kegiatan belajar, maka motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar yang memberikan arah pada kegiatan, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat tercapai. Jadi motivasi belajar memiliki peranan yaitu menumbuhkan gairah siswa, senang dan bersemangat untuk belajar. Siswa yang memiliki motivasi kuat, akan mempunyai banyak energi untuk melakukan kegiatan belajar. Itulah para ahli psikologi pendidikan mulai memperhatikan soal motivasi yang baik. Dalam hal ini perlu ditegaskan bahwa motivasi itu tidak pernah dikatakan baik, apabila tujuan-tujuan yang diinginkan juga tidak baik.

2. Jenis-Jenis Motivasi dalam Belajar
Hamalik (2001:162-163) membagi motivasi menjadi dua jenis yaitu sebagai berikut:
a. Motivasi intrinsik yaitu suatu dorongan yang berasal dari dalam individu.
b. Motivasi ekstrinsik yaitu suatu dorongan yang berasal dari luar diri individu/faktor-faktor dari luar situasi, seperti: angka, hadiah dan sebagainya.

Motivasi intrinsik sering juga disebut motivasi murni. Motivasi yang sebenarnya timbul dalam diri siswa sendiri. Sebagai contoh seorang siswa yang senang membaca, tidak perlu ada yang menyuruh atau mendorongnya, siswa tersebut sudah rajin mencari buku-buku untuk dibacanya. Maka yang dimaksud dengan motivasi intrinsik ini adalah ingin mencapai tujuan yang terkandung di dalam perbuatan belajar itu sendiri. Sebagai contoh kongkrit, seorang siswa itu melakukan belajar, karena betul-betul ingin mendapat pengetahuan, nilai atau keterampilan agar dapat berubah tingkah lakunya. Jadi sesuai contoh di atas bahwa seorang siswa belajar memang benar-benar ingin mengetahui segala sesuatunya, bukan karena ingin pujian atau hadiah.
Motivasi ekstrinsik dapat juga dikatakan sebagai bentuk motivasi yang di dalamnya belajar dimulai dan diluruskan berdasarkan dorongan dari luar yang tidak secara mutlak berkaitan dengan aktivitas belajar. Motivasi ekstrinsik ini tetap diperlukan di sekolah, sebab pengajaran di sekolah tidak semuanya menarik minat siswa atau sesuai dengan kebutuhan siswa. Selain itu seringkali para siswa belum memahami untuk apa ia belajar hal-hal yang diberikan oleh sekolah. Karena itu motivasi terhadap pelajaran itu perlu dibangkitkan oleh guru sehingga para siswa mau dan ingin belajar.
Berdasarkan kedua jenis motivasi di atas, sesungguhnya sulit untuk menentukan mana yang lebih baik, motivasi intrinsik atau ekstrinsik. Memang yang dikehendaki ialah timbulnya motivasi intrinsik pada siswa, akan tetapi motivasi ini tidak mudah dan tidak selalu dapat timbul. Adanya tanggung jawab guru agar pengajaran siswa berhasil dengan baik, maka membangkitkan motivasi ekstrinsik ini menjadi kewajiban guru untuk melaksanakannya. diharapkan lambat laun akan timbul kesadaran sendiri pada siswa untuk belajar.
3. Fungsi Motivasi dalam Belajar
Sardiman (2001:83) membagi fungsi motivasi dalam belajar menjadi tiga yaitu sebagai berikut:
a. Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor yang melepaskan energi.
b. Menentukan arah perbuatan
c. Menyeleksi perbuatan

Fungsi motivasi yang pertama yaitu mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor yang melepaskan energi, maksunya bahwa motivasi dalam hal ini merupakan motor penggerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan. Fungsi yang kedua yaitu menentukan arah perbuatan, yakni ke arah tujuan yang hendak dicapai. Dengan demikian, motivasi dapat memberikan arah dan kegiatan yang harus dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuannya. Fungsi yang ketiga yaitu menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa yang harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan, dengan menyisihkan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut. Seorang siswa yang akan menghadapi ujian dengan harapan dapat lulus, tentu akan melakukan kegiatan belajar dan tidak akan menghabiskan waktunya untuk bermain atau membaca komik, sebab tidak sesuai dengan tujuan.
Berdasarkan fungsi motivasi tersebut, maka sesungguhnya motivasi memiliki peranan yang sangat besar dalam kegiatan belajar. Motivasi bertalian dengan suatu tujuan. Dengan demikian motivasi itu mempengaruhi adanya kegiatan. Di samping itu motivasi dapat berfungsi sebagai pendorong usaha dan pencapaian prestasi. Seorang siswa melakukan suatu usaha karena adanya motivasi. Adanya motivasi yang baik dalam belajar akan menunjukkan hasil yang baik. Dengan kata lain bahwa dengan adanya usaha yang tekun dan terutama didasari adanya motivasi, maka seorang siswa yang belajar itu akan dapat melahirkan prestasi yang baik.

4. Prinsip-Prinsip Motivasi
Hover (Hamalik, 2001: 163-164) mengemukakan prinsip-prinsip motivasi sebagai berikut:
a. Pujian lebih efektif dari pada hukuman
b. Semua murid mempunyai kebutuhan-kebutuhan psikilogis (yang bersifat dasar) tertentu yang harus mendapat kepuasan.
c. Pemahaman yang jelas terhadap tujuan-tujuan yang akan merangsang motivasi.
d. Pujian-pujian yang datangnya dari luar kadang-kadang diperlukan dan cukup efektif untuk merangsang minat yang sebenarnya.
e. Kegiatan-kegiatan yang akan merangsang minat siswa-siswa yang kurang, mungkin tidak ada artinya (kurang berharga) bagi para siswa yang tergolong pandai.

Berdasarkan prinsip-prinsip motivasi di atas maka dapat dijelaskan sebagai berikut:
Pujian lebih efektif dari pada hukuman, maksudnya bahwa hukuman itu bersifat menghentikan sesuatu perbuatan, sedangkan pujian bersifat menghargai apa yang telah dilakukan. Karena itu pujian lebih besar bagi motivasi belajar siswa.
Semua murid mempunyai kebutuhan-kebutuhan psikologis (yang bersifat dasar) tertentu yang harus mendapat kepuasan, maksudnya kebutuhan-kebutuhan itu menyatakan diri dalam berbagai bentuk yang berbeda. Siswa-siswa yang dapat memenuhi kebutuhannya secara efektif melalui kegiatan-kegiatan belajar hanya memerlukan sedikit bantuan di dalam motivasi dan disiplin.
Pemahaman yang jelas terhadap tujuan akan merangsang motivasi, maksudnya apabila seseorang telah menyadari tujuan yang hendak dicapainya maka perbuatannya ke arah itu akan lebih besar daya dorongnya.
Pujian-pujian yang datangnya dari luar kadang-kadang diperlukan dan cukup baik untuk merangsang minat yang sebenarnya, maksudnya berkat dorongan orang lain, misalnya untuk memperoleh angka yang tinggi maka siswa akan berusaha lebih giat karena minatnya menjadi lebih besar.
Kegiatan-kegiatan yang akan merangsang minat siswa-siswa yang kurang, mungkin tidak ada artinya (kurang berharga) bagi para siswa yang tergolong pandai, maksudnya bahwa setiap siswa memiliki tingkat abilitas yang berbeda, karena itu guru yang hendak membangkitkan minat siswa-siswanya supaya menyesuaikan usahanya dengan kondisi-kondisi yang ada pada mereka.
Demikian beberapa prinsip yang dapat digunakan sebagai petunjuk dalam rangka membangkitkan dan memelihara motivasi siswa dalam belajar. Jadi diharapkan seorang guru dapat menggunakan prinsip-prinsip motivasi tersebut dengan baik.

5. Peningkatan Motivasi Belajar Siswa
Hamalik (2001:166-167) menyatakan bahwa guru dapat menggunakan cara untuk menggerakkan atau membangkitkan motivasi belajar, sebagai berikut:
a. Memberi angka
b. Saingan
c. Memberi ulangan
d. Mengetahui hasil
e. Pujian
f. Suasana yang menyenangkan
g. Tujuan yang diakui dan diterima baik oleh siswa

Bila dikaji hal-hal di atas, maka dapat dijelaskan sebagai berikut:
Memberi angka, maksudnya bahwa setiap siswa ingin mengetahui hasil pekerjaannya, yakni berupa angka yang diberikan oleh guru. Siswa yang mendapat angka baik, akan mendorong motivasi belajarnya menjadi lebih besar, sebaliknya siswa yang mendapat angka kurang dapat juga menjadi pendorong agar belajar lebih baik. Tetapi ada juga siswa yang belajar hanya ingin mengajar pokoknya naik kelas saja. Ini menunjukkan motivasi yang dimilikinya kurang berbobot, bila dibandingkan dengan siswa-siswa yang menginginkan angka baik. Namun demikian, semua itu harus diingat oleh guru bahwa pencapaian angka-angka seperti itu belum merupakan hasil belajar yang bermakna.
Saingan dapat digunakan sebagai alat motivasi untuk mendorong belajar siswa. Persaingan individual maupun kelompok dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Memang unsur persaingan banyak dimanfaatkan di dalam dunia industri atau perdagangan, tetapi juga sangat baik digunakan untuk meningkatkan kegiatan belajar siswa.
Memberi ulangan, maksudnya para siswa akan menjadi giat belajar kalau mengetahui akan ada ulangan. Oleh karena itu, memberikan ulangan juga merupakan sarana motivasi. Tetapi yang harus diingat oleh guru, adalah ulangan yang diberikan tidak boleh terlalu sering (misalnya setiap hari) karena bisa membosankan siswa dan bersifat rutinitas. Agaknya ulangan yang dilaksanakan sekali dalam dua minggu lebih merangsang siswa-siswa untuk belajar dengan giat dari pada ulangan tiap hari. Dalam hal ini guru harus juga terbuka, maksudnya kalau akan ulangan harus diberitahukan kepada siswanya. Hasil ulangan maupun tugas sebaiknya diketahui oleh siswa, karena mengetahui hasil dapat mendorong siswa untuk lebih giat belajar, apalagi kalau terjadi kemajuan.
Pujian, maksudnya apabila ada siswa yang sukses yang berhasil menyelesaikan tugas dengan baik, perlu diberikan pujian dalam bentuk reinforcement yang positif dan sekaligus merupakan motivasi. Pemberiannya pun harus tepat, dengan pujian yang tepat akan memupuk suasana yang menyenangkan dan mempertinggi gairah belajar. Suasana yang menyenangkan maksudnya siswa-siswa akan merasa aman dan senang dalam kelas sebagai anggota yang dihargai dan dihormati, sehingga mereka tidak akan merasa tegang dalam menerima pelajaran
Tujuan yang diakui dan diterima baik oleh siswa, maksudnya motivasi selalu mempunyai tujuan, kalau tujuan itu berarti dan berharga maka siswa akan berusaha untuk mencapainya. Guru harus berusaha agar siswa-siswa jelas mengetahui tujuan setiap pelajaran. Tujuan yang menarik bagi siswa merupakan motivasi yang terbaik.
Berdasarkan penjelasan di atas maka penulis menyimpulkan bahwa cara-cara tersebut tidak dapat dikatakan berhasil apabila kemampuan guru dalam menggunakannya belum tepat. Oleh karena itu, diharapkan cara-cara tersebut dapat diterapkan dengan baik dalam proses belajar mengajar. Namun tidak dapat dihindari kenyataan sekarang, masih ada sebagian siswa yang belum merasakan/menjadikan cara-cara tersebut sebagai motivasi dalam belajar. Walaupun demikian, seorang guru harus tetap berusaha dengan sebaik mungkin agar siswa dapat bersemangat, bergairah dan senang menerima pelajaran.

B. Metode Tanya Jawab
1. Pengertian Metode Tanya Jawab
Dalam proses belajar mengajar, tanya jawab dijadikan salah satu metode untuk menyampaikan materi pelajaran dengan cara guru bertanya kepada siswa atau siswa bertanya kepada guru.
Dalam metode tanya jawab, guru dan siswa sama-sama aktif. Namun keaktifan siswa patut mendapat perhatian yang besar. Sifat atau rasa ingin tahu usia sekolah dasar harus dikembangkan dan sekaligus mendapat penyaluran yang wajar. Guru tidak hanya dituntut untuk menguasai teknik-teknik bertanya dan jenis-jenis pertanyaan, tetapi juga semangat tinggi di dalam membangun situasi kelas yang kondusif (menyenangkan).
Untuk mengetahui tentang metode tanya jawab, ada tiga istilah yang perlu dimengerti terlebih dahulu. Tigas istilah ini yaitu: pertanyaan, respon, dan reaksi. Hyman (Meodjiono dan Dimyati, 1992/1993:40) secara ringkas menjelaskan ketiga istilah tersebut sebagai berikut:
Pertanyaan dapat ditandai sebagai kata atau kalimat yang digunakan untuk memperoleh respon verbal, sedangkan respon dapat menunjuk kepada pemenuhan dari apa yang diharapkan sebuah pertanyaan yakni sebuah jawaban sisi yang lain, reaksi dapat menunjuk kepada perubahan atau penilaian terhadap pertanyaan atau respon.

Contoh:
Pertanyaan (1) : Siapa tokoh yang mendirikan taman siswa?
Respon (2) : Ki Hajar Dewantara
Reaksi (3) : Benar
Bila kita kaji contoh di atas, tampak bahwa setiap respon selalu merupakan jawaban dari sebuah pertanyaan, dari setiap pertanyaan mengharapkan sebuah respon berupa jawaban, dengan demikian terdapat timbal balik.
Menurut Brown (Moedjiono dan Dimyati, 1992:40) “bahwa persyaratan yang menguji atau menumbuhkan pengetahuan dalam diri siswa adalah pertanyaan”. Keberhasilan metode tanya jawab bergantung pada (Questioning Skills) dalam menggunakan jenis-jenis pertanyaan. Ada berbagai dasar yang dapat digunakan untuk mengklasifikasikan pertanyaan, di mana setiap klasifikasi mempunyai jenis pertanyaan sendiri-sendiri. Menurut La Sulo (Moedjiono dan Dimyati, 1992:42) “dari berbagai klasifikasi pertanyaan, pada umumnya klasifikasi-klasifikasi pertanyaan tersebut menggunakan rujukan yang sama yakni taksonomi Bloom”
Sadker (Suradisastra, 1991/1992:93) mengklasifikasikan berdasarkan taksonomi Bloom, mengemukakan 6 jenis pertanyaan dari tingkat rendah hingga pertanyaan tingkat tinggi:
a. Pertanyaan Pengetahuan/Ingatan (Knowledge/recall Questions)
b. Pertanyaan Pemahaman (Comprehension Question)
c. Pertanyaan Penerapan (Application Question)
d. Pertanyaan Analisis (Analysis Question)
e. Pertanyaan Sintesis (Synthesis Question)
f. Pertanyaan Evaluasi (Evaluation Question)

a. Pertanyaan Pengetahuan/Ingatan (Knowledge/Recall Question)
1) Pertanyaan pengetahuan yang meminta jawaban “ya” atau “tidak”, sering disebut pertanyaan biner.
Contoh: Apakah katak termasuk binatang melata?

2) Pertanyaan pengetahuan yang meminta jawaban dengan mengingat kembali satu kata atau istilah.
Contoh: Siapa Presiden RI yang pertama?
b. Pertanyaan Pemahaman (Comprehension Question)
1) Pertanyaan yang meminta jawaban berupa penjelasan dengan kata-kata sendiri.
Contoh: Jelaskan dengan kata-katamu sendiri apa Boyle itu?
2) Pertanyaan yang meminta jawaban berupa penjelasan tentang ide-ide pokok dari suatu masalah kata-kata sendiri.
Contoh: Apakah ciri-ciri dari binatang menyusui?
c. Pertanyaan Penerapan (Application Question)
Contoh: Klasifikasikan, mana binatang yang menyusui dan yang tidak menyusui?
d. Pertanyaan Analisis (Analysis Question)
Pertanyaan yang meminta jawaban berupa pengenalan motif, alasan dan sebab-sebab dari suatu kejadian.
Contoh: Mengapa lingkungan perlu dilestarikan?
e. Pertanyaan Sintesis (Synthesis Question)
Pertanyaan yang meminta jawaban berupa ramalan
Contoh: Apa yang terjadi kalau mendung dan angin bertiup keras?
f. Pertanyaan Evaluasi (Evaluation Question)
Merupakan pertanyaan yang menghendaki jawaban berupa pembuat Keputusan atau memberikan pendapat. Pertanyaan evaluasi mendorong siswa untuk menilai ide dan karya seni.
Pertanyaan yang meminta jawaban berupa pendapat tentang berbagai persoalan yang ada di masyarakat
Contoh: Apakah kamu setuju dengan larangan setiap siswa tidak boleh berambut gondrong?
Keenam jenis pertanyaan berdasarkan taksonomi Bloom di atas, tiga jenis yang pertama dikategorikan sebagai pertanyaan kognitif rendah dan tiga jenis yang berikutnya dikategorikan sebagai pertanyaan kognitif tingkat tinggi.
Menurut Taba (Moedjiono dan Dimyati, 1992/1993 : 42) “bahwa pertanyaan kognitif tinggi lebih meningkatkan prestasi siswa dari pada yang rendah”. Hal ini berarti dalam proses belajar mengajar seharusnya guru hanya menggunakan pertanyaan kognitif tingkat tinggi dari pada pertanyaan kognitif tingkat rendah. Namun demikian, dalam kenyataan guru lebih senang mengajukan pertanyaan tingkat rendah dari pada tingkat tinggi.
Dari pendapat-pendapat di atas, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa metode tanya jawab merupakan interaksi antar guru-siswa melalui kegiatan bertanya yang dilakukan oleh guru untuk mendapatkan respon lisan dari siswa sehingga dapat menumbuhkan pengetahuan pada diri siswa, atau siswa bertanya kepada guru untuk memperoleh jawaban yang pasti. Pengertian atau batasan guru dan siswa sama-sama aktif. Namun demikian, keberhasilan metode tanya jawab tergantung pula kepada penguasaan terhadap jenis-jenis pertanyaan.
2. Tujuan Pemakaian Metode Tanya Jawab
Hyman (Moedjiono dan Dimyati, 1992/1993 : 41) membagi tujuan pemakaian metode tanya jawab sebagai berikut:
a. Mengecek pemahaman para siswa sebagai dasar perbaikan proses belajar mengajar.
b. Membimbing usaha para siswa untuk memperoleh suatu keterampilan kognitif maupun sosial
c. Memberikan rasa aman pada siswa, melalui pertanyaan kepada seorang siswa yang dapat dipastikan bisa menjawab pertanyaan.
d. Mendorong siswa melakukan penemuan (inquiry) dalam rangka memperjelas suatu masalah.
e. Membimbing dan mengarahkan jalannya diskusi.

Kelima tujuan pemakaian metode tanya jawab tersebut dapat dicapai secara maksimal dan optimal apabila guru memakai metode tanya jawab secara tepat. Guru memiliki sejumlah alasan dalam menggunakan metode tanya jawab yaitu untuk menimbulkan rasa ingin tahu siswa terhadap permasalahan yang sedang dibicarakan sehingga menimbulkan partisipasi siswa dalam proses belajar mengajar yang dapat mewujudkan cara belajar siswa aktif (meningkatkan keterlibatan mental). Selain itu dapat melatih dan mendorong siswa untuk belajar mengekspresikan kemampuan lisannya sehingga dapat memupuk dan mengembangkan kemampuan untuk menyatakan pendapat yang tepat. Hal ini didukung oleh pendapat Moedjiono dan Dimyati (1992/1993 : 41) “yang menyatakan alasan guru menggunakan metode tanya jawab adalah untuk menimbulkan rasa ingin tahu siswa, mewujudkan CBSA, dan melatih siswa mengekspresikan kemampuan lisannya”.
Jadi metode tanya jawab diarahkan sebagai upaya guru untuk membuat siswa mengerti, memahami dan berinteraksi secara aktif dalam proses belajar mengajar sehingga tujuan dapat dicapai dengan baik.

3. Keunggulan dan Kekurangan Metode Tanya Jawab
a. Keunggulan Metode Tanya Jawab
Metode tanya jawab memiliki beberapa keunggulan yaitu siswa aktif berfikir dan menyampaikan buah pikirannya melalui jawaban-jawaban atas pertanyaan guru sehingga situasi kelas lebih hidup, siswa dapat terlatih dalam mengemukakan pendapat dengan lisan secara teratur, setiap siswa memiliki perbedaan pendapat sehingga membawa kelas pada situasi diskusi yang menarik, siswa yang biasanya segan mencurahkan perhatian menjadi lebih berhati-hati dan secara sungguh-sungguh mengikuti pelajaran. (Moedjiono dan Dimyati, 1992/1993).
Berdasarkan pernyataan di atas, maka sesungguhnya dari keunggulan-keunggulan itulah sehingga guru sering menggunakan metode tanya jawab dalam proses belajar mengajar, namun bukan berarti hanya metode tanya jawab yang digunakan tetapi metode-metode lain juga dapat digunakan secara bersamaan.
b. Kekurangan Metode Tanya Jawab
Metode tanya jawab selain memiliki keunggulan, juga memiliki beberapa kekurangan yaitu pada kelas besar pertanyaan tidak dapat disebarkan kepada seluruh siswa, sehingga siswa tidak memiliki kesempatan yang sama untuk menjawab maupun bertanya. Jadi memungkinkan ada siswa yang tidak aktif, sehingga siswa tersebut tidak memperhatikan pelajaran yang sedang berlangsung. Pada umumnya di dalam kelas akan ditemukan siswa yang tidak memiliki keberanian untuk bertanya atau menjawab secara lisan, sehingga siswa akan merasa gugup dan tidak berkonsentrasi menerima pelajaran. Dengan demikian waktu tidak dapat dimanfaatkan dengan baik, karena ada siswa yang tidak responsif terhadap pertanyaan sehingga tujuan yang diharapkan dalam proses belajar mengajar tidak tercapai sepenuhnya. (Sumantri dan Permana, 1998/1999).
Berdasarkan pernyataan di atas, maka sesungguhnya hal-hal yang menjadi kekurangan dalam metode tanya jawab merupakan sesuatu yang sudah seringkali terjadi dalam proses belajar mengajar. Namun bukan berarti metode tanya jawab tidak baik digunakan, tapi yang terpenting seorang guru dapat berusaha dengan baik agar metode tanya jawab yang digunakan untuk menyampaikan materi pelajaran dapat berjalan dengan lancar.
Dari pendapat diatas, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa sesungguhnya tidak hanya metode tanya jawab yang memiliki kelebihan dan kekurangan, tetapi metode-metode lain pun akan ditemukan hal-hal yang demikian. Dari keunggulan-keunggulan dalam metode tanya jawab inilah, sehingga memungkinkan tujuan yang diharapkan dalam proses belajar mengajar dapat tercapai. Namun kekurangan dalam metode tanya jawab tidak dapat dihindari, karena itu merupakan sesuatu yang sudah seringkali terjadi dalam proses belajar mengajar.

4. Prosedur Pemakaian Metode Tanya Jawab
Dalam prosedur pemakaian metode tanya jawab, Moedjiono dan Dimyati (1992) membaginya ke dalam empat tahap yaitu yang pertama tahap persiapan tanya jawab, maksudnya diharapkan agar guru selalu membuat daftar pertanyaan yang akan diajukan kepada siswa. Pertanyaan hendaknya dirumuskan berdasarkan tujuan yang ingin dicapai. Selain itu guru juga sudah memperkirakan waktu yang dibutuhkan untuk melaksanakan metode tanya jawab. Tahap yang kedua yaitu tahap awal tanya jawab, maksudnya pada awal pertemuan seorang guru diharapkan dapat memberikan penjelasan tentang kegiatan yang akan dilakukan, misalnya dengan memberitahukan tujuan, langkah-langkah dan garis besar isi. Tahap yang ketiga yaitu tahap pengembangan, maksudnya guru dapat mengembangkan tanya jawab dengan menempuh berbagai variasi dalam mengajukan pertanyaan. Hyman (Moedjiono dan Dimyati, 1992/1993 : 48) mengemukakan lima strategi yang dapat digunakan untuk memvariasikan pengajuan pertanyaan, yaitu sebagai berikut:
a. Strategi yang mengkombinasikan berbagai jenis pertanyaan
b. Strategi berwujud pengajuan pertanyaan, pertanyaan yang saling berkaitan kepada beberapa siswa sebelum berpindah ke jenis pertanyaan lain yang diajukan kepada siswa lainnya.
c. Strategi yang berwujud pengajuan pertanyaan yang sejenis kepada beberapa siswa sebelum berpindah ke jenis pertanyaan lain yang diajukan kepada siswa lainnya.
d. Strategi yang mengajukan pertanyaan untuk mendorong siswa menarik kesimpulan.
e. Strategi yang mengajukan pertanyaan yang bertolak dari suatu kesimpulan, sehingga siswa mampu menguraikan atau menemukan dasar kesimpulan.

Pada tahap pengembangan tanya jawab, guru harus menghitung tersajikannya informasi atau isi pelajaran yang telah direncanakan sebelumnya. Selanjutnya tahap yang Keempat yaitu tahap akhir, maksudnya guru bersama siswa membuat ringkasan isi pelajaran yang telah disajikan selama tanya jawab. Kegiatan ini dimaksudkan untuk pemantapan sajian dan sekaligus untuk memperoleh umpan balik dari siswa.
Berdasarkan penjelasan di atas, maka sesungguhnya tahap-tahap tersebut merupakan satu kesatuan, maksudnya semua tahap harus terlaksana dalam pemakaian metode tanya jawab. Apabila ada salah satu tahap tidak dilaksanakan maka tujuan yang diharapkan dalam metode tanya jawab tidak dapat tercapai.

C. Penerapan Metode Tanya Jawab dalam Peningkatan Motivasi Belajar Siswa
Menurut Brown (Moedjiono dan Dimyati, 1992/1993 : 40) “bahwa persyaratan yang menguji atau menumbuhkan pengetahuan dalam diri siswa adalah pertanyaan”. Keberhasilan metode tanya jawab bergantung pada questioning skills dalam menggunakan jenis-jenis pertanyaan. Ada berbagai dasar yang dapat digunakan untuk mengklasifikasikan pertanyaan. Setiap klasifikasi mempunyai jenis-jenis pertanyaan sendiri.
Pengetahuan tentang jenis-jenis pertanyaan bagi guru memang sangat dibutuhkan. Namun pengetahuan jenis-jenis pertanyaan tidak banyak berarti bila guru tidak mempunyai kemampuan teknik mengajukan pertanyaan atau teknik bertanya.
Carcadille dan La Sulo (Moedjiono dan Dimyati, 1992/1993 : 47) mengemukakan teknik-teknik bertanya sebagai berikut:
1. Pertanyaan hendaknya ditujukan kepada seluruh kelas. Hal yang harus dihindari yaitu menyebut nama yang harus menjawab sebelum mengajukan pertanyaan, mengulang pertanyaan, adanya pola penggiliran siswa yang menjawab pertanyaan.
2. Memberikan waktu berfikir kepada siswa sebelum menunjuk siswa harus menjawab. Jedah atau waktu berfikir ini kurang lebih 10-30 detik.
3. Menyebarkan pertanyaan kepada siswa secara merata, sehingga tidak hanya siswa tertentu saja yang menjawabnya. Hal ini dapat menghindari sikap masa bodoh pada siswa yang tidak mendapat kesempatan menjawab.
4. Sesuaikan pertanyaan dengan kemampuan dimaksudkan untuk menghindarkan tidak terjawabnya pertanyaan, menumbuhkan rasa percaya diri siswa. Selain itu teknik ini juga dapat mendorong partisipasi siswa yang kurang spontan atau pemalu.
5. Menghindarkan pengajuan yang susunannya membawa ke jawaban yang dikehendaki atau hanya menuntut jawaban “ya” atau “tidak”.
6. Memberi penguatan dengan segera, dapat melalui penguatan verbal (baik, benar, bagus, dan lain-lain) maupun non verbal (acungan jempol, anggukan, dan lain-lain). Harus diingat penguatan tidak saja diajukan kepada siswa yang berhasil menjawab pertanyaan, tapi siswa yang kurang atau tidak berhasil menjawab pertanyaan juga diberi penguatan.

Demikian berbagai teknik mengajukan pertanyaan yang dapat dijadikan petunjuk praktis dalam menggunakan metode tanya jawab, agar memperoleh hasil yang labih baik. Teknik bertanya hendaknya terwujud melalui pemakaian metode tanya jawab.
Pengetahuan tentang jenis dan teknik memang sangat dibutuhkan, demikian halnya dengan prosedur. Prosedur pemakaian tanya jawab merupakan salah satu hal yang utama yang harus dikuasai dan diterapkan dalam metode tanya jawab. Sebagaimana dikemukakan oleh Moedjiono dan Dimyati (1992/1993) yang membagi empat tahap yaitu tahap persiapan tanya jawab, maksudnya diharapkan agar guru selalu membuat daftar pertanyaan yang akan diajukan kepada siswa; tahap awal tanya jawab, maksudnya pada awal pertemuan seorang guru hendaknya menjelaskan tentang kegiatan yang akan dilakukan, misalnya dengan memberitahukan tujuan, langkah-langkah dan garis besar isi; tahap pengembangan maksudnya guru mengembangkan tanya jawab dengan menggunakan berbagai variasi melalui jenis-jenis pertanyaan, tahap akhir maksudnya guru bersama siswa membuat ringkasan isi pelajaran dengan tujuan untuk mempermantap isi pelajaran dan sekaligus memperoleh umpan balik dari siswa.

Dengan demikian, jenis, teknik dan prosedur pemakaian metode tanya jawab merupakan tiga hal yang utama yang harus dikuasai dan diterapkan dalam metode tanya jawab, agar metode tanya jawab yang digunakan oleh guru dalam menyampaikan materi pelajaran dapat berhasil dengan baik.
Dalam pemakaian metode tanya jawab, seorang guru tidak hanya dituntut untuk memahami dan menguasai jenis, teknik dan prosedur, tetapi yang perlu juga diperhatikan adalah mampu menciptakan suasana kelas yang aman dan menyenangkan. Dalam artian siswa tidak merasa tegang untuk menerima pelajaran, sehingga dapat mengekspresikan kemampuan lisannya. Selain itu, semangat dan antusias yang tinggi harus juga ada pada diri seorang guru dalam menerapkan metode tanya jawab. Sebagaimana dikemukakan oleh Stellar (Alipandie, 1984 : 93) “guru yang berminat tinggi dan antusias akan menghasilkan murid yang antusias pula. Demukian murid yang antusias akan mendorong motivasi murid-murid lainnya”.
Dalam metode tanya jawab terjadi interaksi baik guru-siswa, siswa-guru, dan siswa-siswa. Interaksi yang diharapkan dan perlu diterapkan dalam metode tanya jawab adalah interaksi yang harmonis dan dinamis, agar siswa dapat mengekspresikan kemampuan lisannya. Sebagaimana dikemukakan oleh Woolflok (Alipandie, 1984 : 95) “Dengan interaksi yang harmonis dan dinamis, anak mampu mengekspresikan kemampuan lisannya”.
Dari pendapat-pendapat di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa seorang guru diharapkan mempunyai pemahaman, penguasaan dan mampu menerapkan hal-hal yang diperlukan dalam metode tanya jawab, baik itu jenis, teknik, maupun prosedur. Di samping itu, seorang guru dalam menerapkan metode tanya jawab harus menciptakan suasana kelas yang aman (menyenangkan), interaksi harmonis, serta semangat dan antusias yang tinggi. Semuanya itu merupakan faktor pendukung berhasilnya metode tanya jawab, yang dapat menjadi motivasi siswa untuk menerima pelajaran dengan baik. Dengan demikian, pemakaian metode tanya jawab dalam proses belajar mengajar dapat berlangsung dengan baik sesuai tujuan yang diharapkan.

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Abu dan Shuyadi. 1986. Tanya Jawab Ilmu Pendidikan. Jakarta: Balai Pustaka.

Alipandie, Imansjah. 1984. Didaktik Metodik Pendidikan Umum. Surabaya: Usaha Nasional.

Hamalik, Oemar. 2001. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.

Moedjiono dan Dimyati, Moh. 1992/1993. Strategi Belajar Mengajar. Depdikbud. Ditjen Pendidikan Tinggi. Proyek Pendidikan Guru Sekolah Dasar.

Sardiman. 2001. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Semiawan, Conny R. 1998/1999. Perkembangan dan Belajar Peserta Didik. Depdikbud. Ditjen Pendidikan Tinggi. Proyek Pendidikan Guru Sekolah Dasar.

Sumantri, Mulyani dan Permana, Johan. 1998/1999. Strategi Belajar Mengajar. Depdikbud. Ditjen Pendidikan Tinggi. Proyek Pendidikan Guru Sekolah Dasar.

Suradisastro, Djodjo 1991/1992. Pendidikan IPS III. Depdikbud. Ditjen Pendidikan Tinggi. Proyek Pendidikan Guru Sekolah Dasar.

PRAKATA

Untaian rasa syukur senantiasa terucap, tatkala Allah swt. senantiasa mengkaruniakan nikmat iman, ilmu dan kesehatan sehingga penulis dapat menyelesaikan KTI ini. Muhammad saw. sebagai pilar pembawa obor kemenangan, Salam dan Salawat tercurah baginya karena beliau pulalah yang selama ini menjadi figur bagi penulis dalam setiap langkah, sehingga KTI yang sederhana ini dengan judul “Upaya Peningkatan Motivasi Belajar Melalui Metode Tanya Jawab di Sekolah Dasar” dapat pula dipersembahkan.
Di samping itu, tak lupa pula penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada orang tuaku yang telah memberikan masukan, dukungan dan sumbangsih pemikiran serta doanya yang selalu menaungi di setiap langkah demi kesuksesan penulis.
Penulis sadar sepenuhnya, bahwa KTI ini masih sangat jauh dari kesempurnaan. Olehnya itu, dengan penuh rasa hormat dan rasa rendah hati penulis mengharapkan masukan dan saran yang sifatnya membangun dari para pembaca. Besar harapan pula semoga kehadiran KTI ini memberi manfaat dalam pengembangan wawasan para pembaca dan terkhusus bagi penulis sendiri.
Selama penulis merampungkan KTI ini tidak sedikit pula pihak lain yang memberi andil besar, olehnya itu penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada:
1. Bapak Drs. Muslimin, M. Pd., selaku Ketua Program Studi D-II PGSD FIP UNM yang telah memberikan arahan dan bimbingan kepada seluruh siswa.
2. Ibu Dra. Hj. Azharia T. Amalius, M. Si., selaku Ketua Jurusan UPP PGSD INDUK FIP UNM, beserta Drs. M. A. Ramli Ladji selaku Sekretaris UPP PGSD INDUK FIP UNM yang telah membentu penulis, sehingga karya tulis ini dapat diselesaikan.
3. Bapak Drs. H. Amalius Sahide, M.A., C. Ed., selaku Dosen Penanggung Jawab Mata Kuliah yang telah banyak memberikan masukan kepada penulis, sejak pemilihan judul hingga selesainya KTI ini.
4. Bapak Dr. H. Patta Bundu, M. Ed., selaku Dosen Pembimbing yang telah meluangkan waktunya memberikan bimbingan kepada penulis.
5. Para Dosen dan Staf PGSD INDUK yang telah banyak membantu selama penulis menjadi mahasiswa di UNM.
6. Rekan-rekan mahasiswa PGSD FIP UNM, dan seluruh pihak yang turut memberi sumbangan pikiran kepada penulis sampai KTI ini selesai.
Akhir kata, kepada Allah SWT. jualah penulis serahkan untuk membalas kebaikan yang telah diberikan kepada penulis, semoga KTI ini menjadi tolak ukur bagi KTI berikutnya yang senantiasa memberikan pencerahan dalam kancah IPTEK dan IMTAK.

Makassar, 2006

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL i
PENGESAHAN KARYA TULIS ILMIAH ii
PERNYATAAN KEASLIAN iii
MOTTO iv
PRAKATA v
DAFTAR ISI vii
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 3
C. Tujuan Penulisan 3
BAB II PEMBAHASAN 4
A. Konsep Motivasi 4
1. Pengertian Motivasi 4
2. Jenis-Jenis Motivasi dalam Belajar 5
3. Fungsi-Fungsi Motivasi dalam Belajar 7
4. Prinsip-Prinsp Motivasi dalam Belajar 8
5. Peningkatan Motivasi Belajar 10
B. Metode Tanya Jawab 12
1. Pengertian Metode Tanya Jawab 12
2. Tujuan Pemakaian Metode Tanya Jawab 17
3. Keunggulan dan Kekurangan Metode Tanya Jawab 18
4. Prosedur Pemakaian Metode Tanya Jawab 20
C. Penerapan Metode Tanya Jawab dalam Peningkatan Motivasi Belajar Siswa 21
BAB III PENUTUP 25
A. Kesimpulan 25
B. Saran 26
DAFTAR PUSTAKA 27
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP

DAFTAR PUSTAKA

FKIP (2004/2005). Pendidikan IPA SD. D-II PGSD, FKIP Universitas Muhammadiyah Makassar.

Hendro Darmodjo, Jenny R.E. Kaligis (1991/1992). Pendidikan IPA II. Dirjen Pendidikan Tinggi, Proyek Pembinaan Tenaga Kependidikan.

Mulyani Sumantri, Johor Permana (1998/1999). Strategi Belajar Mengajar PGSD. Ditjen Pendidikan Tinggi, Proyek Pendidikan Guru Sekolag Dasar.

Prof. Dr. M.D. Dahlan (1990). Model-Model Mengajar. Penerbit CV Diponegoro Bandung.

RIWAYAT HIDUP PENULIS

Nama penulis Rahmiyanti, lahir di Makassar tanggal 22 Oktober 1986. Anak kedua dari tiga bersaudara, dari pasangan Bapak Sujoko Mulyo dan Ibu Rahmawati Mohi. Penulis beralamat di Perumahan Bumi Bosowa Permai Blok B3 No. 21 (Minasa Upa).
Jenjang pendidikan yaitu: TK Pertiwi Takalar (1990-1991), SD Negeri 1 CENTER Pattalassang Takalar (1991-1997), SLTP Negeri 1 Tinggi Moncong Malino (1997-2001), SMU Negeri 8 Makassar (2001-2004) dan pendidikan yang terakhir sebagai mahasiswi di Kampus UNM Fakultas Ilmu Pendidikan Jurusan PGSD D-II.

0 komentar: